
Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman Empire), yang berdiri selama lebih dari enam abad (1299–1922), dikenal luas sebagai salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah dunia. Meskipun sejarahnya didominasi oleh figur-figur pria seperti Sultan Mehmed II atau Suleiman al-Qanuni, tak sedikit tokoh perempuan yang memainkan peran signifikan dalam dinamika politik, sosial, dan budaya kekaisaran tersebut. Di balik layar kekuasaan para sultan, hadir sosok-sosok wanita yang berpengaruh besar, khususnya pada periode yang dikenal sebagai Harem Politics atau The Sultanate of Women.
Artikel ini mengulas beberapa tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Kesultanan Ottoman dan peran penting mereka dalam membentuk arah kebijakan serta dinamika istana.
1. Hürrem Sultan (Roxelana) – Istri Sultan Suleiman I
Hürrem Sultan adalah salah satu tokoh wanita paling terkenal dan kontroversial dalam sejarah Ottoman. Ia berasal dari Ukraina dan awalnya merupakan budak yang kemudian menjadi selir favorit Sultan Suleiman I. Berkat kecerdasannya dan pengaruh luar biasa di istana, ia berhasil menikah secara resmi dengan sang sultan sesuatu yang tidak lazim saat itu.
Peran dan Pengaruh:
- Mempengaruhi kebijakan luar negeri dan keputusan politik Sultan Suleiman.
- Membangun berbagai institusi sosial seperti masjid, rumah sakit, dan dapur umum di Istanbul dan Yerusalem.
- Menjadi pelopor dari era Kesultanan Perempuan (Kadınlar Saltanatı), yaitu masa ketika para ibu sultan (Valide Sultan) dan istri sultan memegang kekuasaan yang signifikan.
2. Kösem Sultan – Ibu dari Dua Sultan
Kösem Sultan merupakan salah satu tokoh perempuan paling berkuasa dalam sejarah Ottoman. Ia adalah istri dari Sultan Ahmed I dan ibu dari Sultan Murad IV serta Sultan Ibrahim I. Sebagai Valide Sultan, ia memerintah secara de facto sebagai wali ketika putranya masih di bawah umur.
Peran dan Pengaruh:
- Menjadi pemimpin politik yang kuat di balik tirai selama tiga masa pemerintahan sultan.
- Terlibat dalam berbagai intrik istana, bahkan dianggap sebagai penguasa bayangan.
- Menjadi simbol kekuasaan perempuan dalam politik Ottoman yang sangat patriarkis.
3. Nurbanu Sultan – Ibu Sultan Murad III
Nurbanu Sultan adalah istri dari Sultan Selim II dan ibu dari Sultan Murad III. Ia memainkan peran penting dalam urusan pemerintahan, terutama setelah kematian suaminya.
Peran dan Pengaruh:
- Bertindak sebagai penasehat utama bagi putranya.
- Terlibat dalam hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, termasuk Republik Venesia.
- Dikenal karena kontribusinya terhadap pembangunan arsitektur dan lembaga keagamaan.
4. Mihrişah Sultan – Valide Sultan di Masa Sultan Selim III
Mihrişah Sultan adalah ibu dari Sultan Selim III, yang memimpin pada akhir abad ke-18 dan dikenal dengan usaha modernisasinya.
Peran dan Pengaruh:
- Mendorong reformasi dalam bidang pendidikan dan sosial.
- Mendirikan berbagai fasilitas umum termasuk air mancur dan rumah sakit.
- Menunjukkan peran aktif ibu sultan dalam membimbing putra mereka menjalankan tugas kekaisaran.
5. Hatice Turhan Sultan – Ibu Sultan Mehmed IV
Turhan Sultan adalah Valide Sultan dari Mehmed IV dan juga sempat menjabat sebagai Naib al-Saltana (pemegang kekuasaan sementara).
Peran dan Pengaruh:
- Menjadi simbol dari akhir Sultanate of Women.
- Mengendalikan politik internal istana selama masa kecil anaknya.
- Membangun Masjid Yeni Cami di kawasan Eminönü, Istanbul, yang menjadi ikon penting kota hingga kini.
Peran Harem dalam Politik Kekuasaan Ottoman
Istilah “harem” dalam Kesultanan Ottoman tidak hanya merujuk pada tempat tinggal perempuan di istana, tetapi juga pada sistem sosial dan politik yang kompleks. Di dalamnya, para perempuan istana, khususnya selir sultan, ibu sultan (Valide Sultan), dan pengasuh, memegang pengaruh besar dalam pengambilan keputusan kenegaraan.
Para perempuan ini sering kali menjalin aliansi politik, mengatur pernikahan dinasti, bahkan mempengaruhi pengangkatan pejabat tinggi. Dalam banyak kasus, mereka menjadi penguasa tidak resmi, menunjukkan bahwa kekuasaan bukan hanya monopoli para sultan laki-laki.
Penutup
Tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah Kesultanan Ottoman membuktikan bahwa pengaruh dan kepemimpinan tidak terbatas pada gender atau posisi formal dalam struktur kekuasaan. Dalam keterbatasan ruang publik dan peran tradisional, mereka mampu menjadi aktor penting dalam perpolitikan kekaisaran. Melalui kecerdasan, diplomasi, dan ketajaman strategi, para perempuan ini membentuk masa depan salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah Islam dan dunia.
baca juga: Mengenal Istana Topkapi: Sejarah Pembangunannya dan Peran Fungsinya