
Simit adalah salah satu makanan jalanan yang paling ikonik di Turki, khususnya di Istanbul. Roti berbentuk cincin ini memiliki tekstur yang renyah di luar dan lembut di dalam, serta dilapisi dengan biji wijen yang memberikan rasa khas dan gurih. Meskipun simit telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Turki, asal-usul roti ini cukup menarik dan mencerminkan sejarah panjang pengaruh berbagai budaya di wilayah tersebut
Asal Usul Simit
Meskipun banyak yang menganggap simit sebagai makanan khas Turki, sejarah roti ini sebenarnya berakar dari tradisi makanan Timur Tengah dan wilayah sekitarnya. Beberapa sejarawan makanan berpendapat bahwa simit berasal dari mesir kuno, di mana roti berbentuk cincin sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Ada juga yang menghubungkan simit dengan budaya Sefardim (Yahudi Spanyol) yang membawa resep roti berbentuk cincin ke wilayah Anatolia, yang kemudian berkembang menjadi simit seperti yang kita kenal sekarang.
Namun, simit yang kita kenal saat ini, dengan lapisan wijen yang tebal dan rasa yang khas, pertama kali muncul di Istanbul pada abad ke-16. Pada masa ini, simit mulai dikenal sebagai makanan murah dan praktis yang bisa dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat, dari kalangan pedagang hingga pejabat kerajaan.
Simbol Makanan Jalanan Istanbul
Seiring berjalannya waktu, simit semakin populer di Istanbul, terutama di kalangan pedagang jalanan. Pada abad ke-19, simit menjadi simbol makanan jalanan Istanbul, yang dijual oleh para penjual yang berkeliling di sekitar kota dengan gerobak mereka. Penjual simit yang sering dijumpai di Istanbul biasanya membawa gerobak kayu yang penuh dengan simit segar dan menggoda, menambah pesona kota yang tak pernah tidur.
Pada saat itu, simit bukan hanya sekadar makanan ringan, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sosial Istanbul. Penjual simit sering kali menjual roti ini pada pagi hari, saat penduduk Istanbul memulai hari mereka dengan secangkir teh Turki dan sepotong simit. Simit pun menjadi makanan yang sangat digemari, dari kalangan pekerja hingga keluarga, bahkan menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan.
Proses Pembuatan Simit yang Unik
Salah satu hal yang membedakan simit dengan roti lainnya adalah cara pembuatannya. Adonan roti yang sudah dibentuk menjadi cincin akan dicelupkan ke dalam campuran sirup manis (biasanya sirup anggur atau molasses) sebelum digulingkan dalam biji wijen. Proses ini tidak hanya memberikan rasa yang unik, tetapi juga menciptakan lapisan wijen yang kaya dan renyah, membuat simit memiliki tekstur yang khas.
Proses memanggang simit juga sangat penting. Simit biasanya dipanggang di oven batu tradisional yang memberikan suhu yang merata, sehingga menghasilkan simit dengan kulit yang renyah dan warna kecokelatan yang sempurna.
Perkembangan Simit di Dunia
Seiring dengan penyebaran budaya Turki ke seluruh dunia, simit mulai dikenal di luar Turki, terutama di negara-negara dengan komunitas Turki yang besar seperti Jerman, Prancis, dan Belanda. Di beberapa tempat, simit kini telah diadaptasi dengan berbagai varian, meskipun cara pembuatan dan penampilan aslinya tetap dipertahankan.
Simbol dari kehidupan kota Istanbul, simit juga sering dijadikan oleh-oleh bagi turis yang berkunjung ke kota ini. Dengan harga yang terjangkau dan rasa yang menggoda, simit terus mempertahankan popularitasnya di Istanbul dan kota-kota besar lainnya di Turki.
Kesimpulan
Roti simit adalah lebih dari sekadar camilan di Turki; ia adalah bagian dari identitas dan sejarah kuliner negara ini. Dari asal-usulnya yang beragam, baik itu berasal dari Mesir kuno atau pengaruh budaya Sefardim, simit telah bertransformasi menjadi makanan jalanan yang tak tergantikan di Istanbul. Dengan cita rasa yang khas dan proses pembuatan yang unik, simit tetap menjadi makanan favorit sepanjang masa bagi masyarakat Turki dan para pengunjung Istanbul.
baca juga: Sejarah Kebab: Hidangan Turki yang Mendunia