
hidupan sehari-hari, berbicara adalah bagian yang tidak terpisahkan dari interaksi sosial. Namun, di balik percakapan yang tampaknya biasa, sering kali terselip perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam, yaitu ghibah. Membicarakan keburukan orang lain, bahkan jika itu benar, adalah perbuatan tercela yang bisa merusak hubungan, menodai kehormatan, dan mendatangkan dosa besar.
Islam, sebagai agama yang menjunjung tinggi kehormatan dan martabat manusia, memberikan perhatian serius terhadap bahaya ghibah. Mari kita bahas lebih dalam tentang mengapa kita harus menghindari ghibah dan bagaimana cara menjaga kehormatan sesama.
Apa Itu Ghibah?
Ghibah secara sederhana diartikan sebagai membicarakan kejelekan atau kekurangan orang lain di belakangnya, yang jika orang itu mendengarnya, dia akan merasa tidak senang.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Mereka menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’
Beliau bersabda: ‘Yaitu engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang tidak disukainya.’
Seseorang bertanya: ‘Bagaimana jika yang aku katakan itu benar-benar ada pada saudaraku?’
Beliau menjawab: ‘Jika apa yang kamu katakan itu memang benar ada padanya, maka kamu telah mengghibahnya. Namun jika tidak benar, maka kamu telah melakukan buhtan (fitnah).'”
(HR. Muslim)
Jelas dari hadis ini, bahwa ghibah tetap merupakan dosa besar walaupun apa yang dikatakan itu benar adanya.
Dampak Buruk Ghibah
Ghibah bukan hanya dosa pribadi; ia membawa berbagai dampak buruk dalam kehidupan sosial, antara lain:
1. Merusak Persaudaraan
Ghibah menumbuhkan rasa curiga, sakit hati, bahkan permusuhan di antara sesama Muslim.
2. Mengundang Dosa yang Berat
Allah SWT menggambarkan ghibah dengan perumpamaan yang sangat mengerikan:
“Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
(QS. Al-Hujurat: 12)
3. Menghapus Pahala
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang suka mengghibah akan melihat amal kebaikannya diambil untuk diberikan kepada orang yang ia ghibahi pada hari kiamat.
Cara Menghindari Ghibah
Menghindari ghibah adalah perjuangan besar, namun sangat mungkin dilakukan dengan kesadaran dan usaha sungguh-sungguh. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Sibukkan Diri dengan Kebaikan
Orang yang selalu disibukkan dengan amal saleh dan perbaikan diri akan sedikit waktu untuk mengurusi aib orang lain.
2. Berpikir Sebelum Berbicara
Tanyakan pada diri sendiri:
“Apakah ucapan ini bermanfaat?”
“Apakah ini akan menyakiti hati orang lain?”
Jika ragu, lebih baik diam.
3. Ingat Bahwa Kita Juga Punya Aib
Setiap manusia memiliki kekurangan. Mengingat aib diri sendiri membuat kita lebih rendah hati dan enggan membicarakan aib orang lain.
4. Alihkan Pembicaraan
Jika berada di lingkungan yang mulai mengarah ke ghibah, cobalah mengalihkan topik pembicaraan ke hal-hal yang positif.
5. Menasehati dengan Hikmah
Jika teman kita mulai mengghibah, nasihati dengan cara yang lembut dan penuh hikmah. Jadilah pengingat kebaikan, bukan ikut terbawa arus.
6. Perbanyak Istighfar
Jika tanpa sadar pernah melakukan ghibah, segera bertaubat dan memohon ampunan Allah, serta berdoa untuk orang yang telah kita ghibahi.
Menghormati Sesama, Membangun Ukhuwah
Menjaga lisan dari ghibah berarti menjaga kehormatan sesama. Islam mengajarkan bahwa kehormatan seorang Muslim adalah sesuatu yang suci dan harus dijaga sebaik-baiknya.
Dalam khutbah wada’ (khutbah perpisahan) Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah suci, sebagaimana sucinya hari ini, di bulan ini, dan di negeri ini.”
Maka, dengan menjaga lisan kita, kita ikut membangun ukhuwah (persaudaraan) yang kuat di antara sesama Muslim — ukhuwah yang dibangun atas dasar cinta, kasih sayang, dan saling menjaga.
Penutup
Menghindari ghibah bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah bentuk nyata dari upaya menjaga hati dan mulut dalam ketaatan kepada Allah. Dengan menjaga diri dari ghibah, kita bukan hanya melindungi kehormatan orang lain, tetapi juga menjaga kehormatan diri sendiri di mata Allah.
Mari kita biasakan berbicara yang baik atau diam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah SWT membimbing kita semua untuk senantiasa menjaga lisan, memperbanyak amal kebaikan, dan membangun masyarakat yang penuh dengan kasih sayang dan saling menghormati. 🌿🤲
baca juga: Berbakti kepada Orang Tua: Jalan Menuju Surga
baca juga: Menumbuhkan Pola Pikir Tumbuh (Growth Mindset)